Saturday, 16 August 2014

KANKER PAYUDARA PADA WANITA


MATERI PENYULUHAN KESEHATAN
TENTANG KANKER PAYUDARA

A.   Anatomi Payudara
               Payudara merupakan suatu kelenjar yang terdiri atas lemak, kelenjar, dan jaringan ikat, yang terdapat di bawah kulit dan di atas otot dada. Payudara wanita mengalami perkembangan saat pubertas dan dapat memproduksi susu sebagai nutrisi bagi bayi (Faiz dan Mofaat, 2003).
               Payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
  1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
Alveolus terdapat di dalam korpus payudara yang berfungsi untuk memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos, dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
  1. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah
Sinus laktiferus yaitu saluran di bawah areola yang besar, melebar, dan akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Terdapat otot polos di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
  1. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.yang merupakan tempat keluarnya ASI. Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan terbenam (inverted).
Gambar 1. Anatomi Payudara Wanita

B.   Kanker Payudara
1.    Pengertian Kanker Payudara
Menurut istilah kedokteran, semua benjolan disebut tumor. Benjolan tersebut ada yang jinak dan ada yang ganas. Tumor yang ganas itulah yang disebut kanker. Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara, termasuk saluran kelenjar air susu dan jaringan penunjangnya (Darwito, 2009).
Kanker payudara adalah sekelompok sel yang tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berlipat ganda dan pada akhirnya, sel-sel ini menjadi bentuk tonjolan di payudara. Kanker payudara merupakan salah satu bentuk pertumbuhan sel pada payudara. Terdapat berjuta-juta sel di dalam tubuh. Salah satunya sel abnormal atau sel metaplasia (sel yang dapat berubah-ubah namun masih dalam batas normal). Jika sel metaplasia ini dipengaruhi oleh faktor lain maka akan menjadi sel displasia (sel yang berubah menjadi tidak normal dan terbatas dalam lapisan epitel). Sel-sel ini akan berkembang menjadi kanker karena faktor yang mempengaruhi dalam kurun waktu 10-15 tahun (Kasdu, 2005).
Setiap bagian tubuh kita tersusun atas sel. Sel kita tidak hidup selamanya, melainkan mengalami proses di mana sel muda lahir kemudian menua dan mati. Pertumbuhan sel tubuh dan fungsinya diatur oleh gen yang berperan dalam memastikan informasi sel dari generasi ke generasi berlangsung dengan baik. Ketika gen ini bermutasi atau tumbuh tidak normal, maka terjadilah perubahan proses di mana sel yang seharusnya mati namun kemudian tetap tumbuh besar dan bertambah banyak tidak terkontrol, di sinilah proses kanker itu terbentuk.
Struktur payudara juga terbangun dari milyaran sel, dan kanker payudara adalah hasil dari transformasi tidak terkontrol dari sel-sel tersebut. Kanker payudara biasa bermula dari saluran air susu atau dari lobulus dan kemudian menyebar ke jaringan lemak yang ada di payudara. Terdapat dua tipe kanker payudara, yang terbatas pada saluran air susu (karsinoma in situ atau non invasif) dan yang menyebar menembus dinding saluran (infiltrat atau invasif). Meski demikian, umumnya kanker payudara adalah campuran dari kedua tipe ini.
Berat ringannya suatu kanker payudara dipengaruhi atas 4 faktor berikut:
a.    Stadium penyebaran sel kanker (dibagi menjadi 4 stadium)
b.    Agresifitas dari penampilan sel kankernya (dibagi menjadi 3 derajat tingkatan agresif),
c.    Status ada atau tidaknya Hormone Receptor
d.    Ada atau tidaknya Mutated Gen (Her2).
Kanker stadium awal biasanya lebih berespon pada pengobatan dan sangat mungkin sembuh

2.    Etiologi Kanker Payudara
Etiologi kanker payudara belum dapat dijelaskan. Namun, banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang berhubungan dengan peningkatan risiko atau kemungkinan untuk terjadinya kanker payudara. Fakto-faktor risiko tersebut antara lain :
a.    Jenis kelamin
Berdasarkan penelitian, wanita lebih berisiko menderita kanker payudara daripada pria. Prevalensi kanker payudara pada pria hanya 1% dari seluruh kanker payudara. 
b.    Faktor usia
Risiko kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia. Setiap sepuluh tahun, risiko kanker meningkat dua kali lipat. Kejadian puncak kanker payudara terjadi pada usia 40-50 tahun.
c.    Riwayat keluarga
Adanya riwayat kanker payudara dalam keluarga merupakan faktor risiko terjadinya kanker payudara.
d.    Riwayat adanya tumor jinak payudara sebelumnya 
Beberapa tumor jinak pada payudara dapat bermutasi menjadi ganas.
e.    Faktor genetik
Suatu studi genetik menemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Bila terdapat mutasi gen BRCA1 dan BRCA2, yaitu gen suseptibilitas kanker payudara, maka probabilitas untuk terjadi kanker payudara adalah sebesar 80%.


f.     Faktor hormonal
Kadar hormon estrogen yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak diselingi perubahan hormon pada saat kehamilan, dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara.
g.    Usia menarche
Berdasarkan penelitian, menarche dini dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Ini dikarenakan terlalu cepat mendapat paparan dari estrogen.
h.    Menopause
Menopause yang terlambat juga dapat meningkatkan risiko kanker payudara sebesar 3%.
i.      Usia pada saat kehamilan pertama >30 tahun
Risiko kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring dengan peningkatan usia wanita saat kehamilan pertamanya.
j.      Nullipara/belum pernah melahirkan
Berdasarkan penelitian, wanita nullipara mempunyai risiko  kanker payudara sebesar 30% dibandingkan dengan wanita yang multipara.
k.    Tidak menyusui
Berdasarkan penelitian, waktu menyusui yang lebih lama mempunyai efek yang lebih kuat dalam menurunkan risiko kanker payudara. Ini dikarenakan adanya penurunan level estrogen dan sekresi bahan-bahan karsinogenik selama menyusui.
l.      Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama, diet tinggi lemak, alkohol, dan obesitas (Rasjidi  dan Hartanto, 2009)

3.    Klasifikasi Kanker Payudara
Klasifikasi kanker payudara dibagi menjadi 2 yaitu:
a.    Klasifikasi patologis meliputi kanker putting payudara, kanker ductus lactiferus, dan kanker dari lobus.
b.    Klasifikasi histologi kanker payudara
Tabel 1. Histologi Kanker Payudara

No
Jenis Kanker
Jenis Histologi
1.     
Non invasif
a.    Karsinoma duktus is situ
b.    Karsinoma lobus is situ
2.     
Invasif
a.    Karsinoma invasive duktal
b.    Karsinoma invasive duktal dengan komponen intraduktal yang predominant
c.    Karsinoma invasif lobular 
d.    Karsinoma mucinous
e.    Karsinoma medullary 
f.     Karsinoma papillary
g.    Karsinoma tubular
h.    Karsinoma adenoid cystic
i.      Karsinoma sekretori (juvenile) 
j.      Karsinoma apocrine
k.    Karsinoma dengan metaplasia 
l.      Tipe squamous
m.   Tipe spindle-cell
n.    Tipe cartilaginous dan osseous
o.     Mixed type
3.     
Paget’s disease of the nipple


Klasifikasi klinik meliputi 4 stadium, sebagai berikut :
a.    Stadium I, merupakan kanker payudara dengan besar sampai 2 cm dan/ atau tidak memiliki anak sebar.
b.    Sadium II (a dan b), merupakan kanker payudara yang besarnya sampai 2 cm atau lebih dengan memiliki anak sebar di kelenjar ketiak.
c.    Stadium III (a, b dan c), merupakan kanker payudara yang besarnya sampai 2 cm atau lebih dengan anak sebar di kelenjar ketiak, infra dan supraklavikular, infiltrasi ke fasia pektoralis atau ke kulit atau kanker payudara yang apert (memecah ke kulit).
d.    Stadium IV, merupakan kanker payudara dengan metastasis yang sudah jauh, misalnya ke tengkorak, tulang punggung, paru-paru, hati atau panggul (Wiknjosastro, 2006)
Gambar 2. Stadium Kanker Payudara
4.    Tanda dan Gejala Kanker Payudara
a.    Benjolan
Adanya benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan. Semakin lama benjolan tersebut semakin mengeras dan bentuknya tidak beraturan.
b.    Perubahan kulit pada payudara
1)    Kulit tertarik (skin dimpling)
2)    Benjolan yang dapat dilihat (visible lump)
3)    Gambaran kulit jeruk (peu d’orange)
4)    Eritema
5)    Ulkus
c.    Kelainan pada putting
1)    Puting tertarik (nipple retraction)
2)    Eksema
3)    Cairan pada puting (nipple discharge) (Suryaningsih, 2009)

5.    Diagnosis Kanker Payudara
Diagnosis dari kanker payudara dapat ditegakkan dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan tambahan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.


a.    Anamnesa
               Anamnesa bertujuan untuk menanyakan keluhan di payudara atau daerah aksila dan riwayat penyakitnya. Keluhan dapat berupa adanya benjolan, rasa nyeri, nipple discharge, nipple retraction, krusta pada areola, kelainan kulit berupa penebalan seperti kulit jeruk, ulserasi, dan perubahan warna kulit.
               Selain itu juga ditanyakan apakah terdapat penyebaran pada regio kelenjar limfe, seperti timbulnya benjolan di aksila, dan adanya benjolan di leher ataupun tempat lain. Adanya gejala metastase juga ditanyakan, seperti sesak napas atau batuk yang tidak sembuh meskipun sudah diobati, dan nyeri pada tulang belakang, serta rasa penuh di ulu hati (sebah).
               Riwayat penyakit yang pernah diderita pasien, serta obat-obat yang digunakan dan jenis pengobatan yang didapat, serta faktor risiko kanker payudara pada pasien juga ditanyakan dalam anamnesa (Gleadle, 2007).
b.    Pemeriksaan Fisik 
               Pemeriksaan ini terdiri atas inspeksi dan palpasi. Inspeksi dilakukan dengan mengamati ukuran dan bentuk kedua payudara pasien, serta kelainan pada kulit, antara lain benjolan, perubahan warna kulit (eritema), tarikan pada kulit (skin dimpling), luka/ulkus, gambaran kulit jeruk (peau de orange), nodul satelit, kelainan pada areola dan puting, seperti puting susu tertarik (nipple retraction), eksema dan keluar cairan dari puting. Ada atau tidaknya benjolan pada aksila atau tanda-tanda radang serta benjolan infra dan supra klavikula juga diperhatikan (Gleadle, 2007).
               Pemeriksaan palpasi dilakukan dengan meraba dengan kedua tangan bagian polar distal jari 2, 3, dan 4, di mana penderita dalam posisi berbaring dengan pundak diganjal bantal kecil dan lengan di atas kepala. Palpasi harus mencakup 5 regio, terutama daerah lateral atas dan sub areola, karena merupakan tempat lesi tersering. Cara melakukan palpasi ada 3 cara, yaitu sirkular, radier dan dilakukan dari pinggir payudara menuju ke areola dan meraba seluruh bagian payudara bertahap. Hal yang harus diamati bila didapati benjolan adalah lokasi benjolan (5 regio payudara, aksila, infra dan supra klavikula), konsistensi (keras, kenyal, lunak/fluktuasi), permukaan (licin rata, berbenjol-benjol), mobilitas (dapat digerakkan, terfiksir jaringan sekitarnya), batas (tegas atau tidak tegas), nyeri (ada atau tidak ada), ukuran (Gleadle, 2007).
               Saat melakukan palpasi daerah sub areola amati apakah ada pengeluaransekret dari puting payudara dan perhatikan warna, bau, serta kekentalan sekret tersebut. Sekret yang keluar dari puting payudara dapat berupa air susu, cairan jernih, bercampur darah, dan pus. Palpasi kelenjar aksila dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat yang bersamaan dengan benjolan pada payudara didapati juga benjolan pada kelenjar getah bening aksila yang merupakan tempat penyebaran limfogen kanker payudara. Begitu  juga dengan palpasi pada infra dan supra klavikula (Gleadle, 2007).
c.    Pemeriksaan Tambahan
1)    Mamografi payudara 
2)    CT & MRI pada payudara
3)    Ultrasonografi (USG)
4)    Skrining tulang
d.    Pemeriksaan biopsi jarum halus 
               Pemeriksaan ini dilakukan pemeriksaan sitologi pada lesi atau luka yang secara klinis dan radiologik dicurigai merupakan suatu keganasan (Davey, 2006).
e.    Pemeriksaan laboratorium dan histopatologik
                 Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa pemeriksaan darah rutin dan kimia darah yang sesuai dengan perkiraan metastase. Pemeriksaan reseptor ER dan PR juga perlu dilakukan. Pemeriksaan  tumor marker  juga harus dilakukan untuk follow up (Davey, 2006).
            Jika pada pemeriksaan-pemeriksaan tersebut di atas dijumpai adanya kelainan, baik berupa benjolan atau gambaran radiologi yang abnormal, maka perlu dilakukan biopsi untuk mendapatkan contoh jaringan yang akan diperiksa di bawah mikroskop dan dipastikan ada atau tidaknya sel kanker.

6.    Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan kanker payudara pada tahap awal adalah untuk mengangkat tumor dan membersihkan jaringan sekitar tumor. Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan, yaitu lumpectomy di mana tumor tersebut diangkat, atau dengan pembedahan mastectomy, di mana sebagian payudara yang mengandung sel kanker diangkat, atau seluruh payudara diangkat. Selain terapi pembedahan juga ada radioterapi adjuvan, dimana ini berfungsi untuk mengurangi resiko rekurensi tumor lokal setelah operasi. Selain pembedahan dan radioterapi, juga dilakukan kemoterapi dan terapi hormone (Davey, 2006).

7.    Prognosis
Kelangsungan hidup pasien kanker payudara dipengaruhi oleh banyak hal seperti karakteristik tumor, status kesehatan, factor genetik, level stress, imunitas, keinginan untuk hidup, dan lain-lain. Stadium klinis dari kanker payudara merupakan indikator terbaik untuk menentukan prognosis penyakit ini. Harapan hidup pasien kanker payudara dalam lima tahun digambarkan dalam five-year survival rate (harapan hidup) (Imaginis, 2009).
Tabel 2. Five Year Survival Rate
Stadium
Harapan Hidup Pasien Kanker Payudara dalam Lima Tahun
0
100%
I
100%
II A
92%
II B
81%
III A
67%
III B
54%
IV
20%

C.   Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
1.    Pengertian SADARI
Periksa payudara sendiri (SADARI) merupakan langkah awal untuk mendeteksi adanya kelainan pada payudara, di mana Periksa SADARI sebaiknya dilakukan seminggu setelah selesai haid. Periksa SADARI dilakukan pada usia 20-30  tahun, minimal tiap tiga bulan sekali, tetapi akan lebih baik dilakukan sebulan sekali setelah selesai haid.
Periksa Payudara Sendiri (SADARI) adalah bagian penting dari perawatan kesehatan, yang dapat melindungi dari resiko terkena kanker payudara. Untuk mendeteksi kanker payudara stadium dini sangat mudah, dengan melakukan SADARI, dapat diketahui secara dini terjadinya kanker  payudara. Periksa Payudara Sendiri (SADARI) dapat dilakukan dirumah, cukup beberapa menit dan sebulan sekali setelah selesai haid.
Periksa Payudara Sendiri (SADARI) sebaiknya dilakukan seminggu setelah menstruasi, karena pada saat selesai menstruasi kondisi payudara lunak dan longgar, sehingga dapat memudahkan perabaan. Periksa Payudara Sendiri (SADARI) dilakukan pada. usia 20-30 tahun, minimal dilakukan tiga tahun sekali. Pada usia 30-40 tahun sebaiknya dilakukan 1-2 tahun sekali. Pada usia 40-50 tahun sebaiknya dilakukan tiap tahun ditambah dengan pemeriksaan mamografi. (Suryaningsih, 2009).

2.    Manfaat SADARI
Manfaat periksa payudara sendiri (SADARI) adalah untuk mendeteksi sedini mungkin adanya kelainan pada payudara karena kanker payudara pada hakikatnya dapat diketahui secara dini oleh para wanita usia subur. Setiap wanita mempunyai bentuk dan ukuran payudara yang berbeda, bila wanita memeriksa payudara sendri secara teratur, setiap bulan setelah haid, wanita dapat merasakan bagaimana payudara wanita yang normal. Bila ada perubahan tentu wanita dapat mengetahuinya dengan mudah. (Suryaningsih, 2009).


3.    Cara Melakukan SADARI
Berikut merupakan langkah-langkah pada SADARI.
a.    Melihat
Meliputi bentuk dan ukuran, puting lurus ke depan atau tertarik ke dalam, puting atau kulit ada yang lecet atau tidak, warna kulit tampak kemerahan atau tidak, tekstur kulit tampak menebal dengan pori-pori  melebar atau mulus, tampak adanya kerutan, cekungan atau tidak (payudara yang normal adalah payudara dengan bentuk sempurna tanpa perubahan warna, tekstur dan pembengkakan). (Suryaningsih, 2009).
b.    Memijat
Secara lembut pijat payudara dari tepi hingga ke puting, untuk mengetahui ada atau tidaknya cairan yang keluar dari puting susu (seharusnya tidak ada cairan yang keluar, kecuali sedang menyusui).
c.    Meraba
Dilakukan dengan gerakan memutar  mulai dari tepi payudara  hingga ke puting, masing-masing gerakan memutar dilakukan dengan kekuatan tekanan berbeda-beda, yaitu:
1)    Tekanan ringan untuk meraba ada tidaknya benjolan di dekat permukaan kulit
2)    Tekanan sedang untuk meraba ada tidaknya benjolan di tengah-tengah  jaringan payudara
3)    Tekanan cukup kuat untuk merasakan adanya benjolan di dasar  payudara, dekat dengan tulang dada.
4)    Meraba ketiak
Raba ketiak dan area di sekitar payudara untuk mengetahui ada tidaknya benjolan (Suryaningsih, 2009).

No comments:

Post a Comment