MATERI PENYULUHAN KESEHATAN
TENTANG KANKER PAYUDARA
A.
Anatomi
Payudara
Payudara
merupakan suatu kelenjar yang terdiri atas lemak, kelenjar, dan jaringan ikat,
yang terdapat di bawah kulit dan di atas otot dada. Payudara wanita mengalami
perkembangan saat pubertas dan dapat memproduksi susu sebagai nutrisi bagi bayi
(Faiz dan Mofaat, 2003).
- Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
Alveolus
terdapat di dalam korpus payudara yang berfungsi untuk memproduksi susu. Bagian
dari alveolus
adalah sel Aciner,
jaringan lemak,
sel plasma,
sel otot
polos, dan pembuluh darah. Lobulus,
yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus,
yaitu beberapa lobulus
yang berkumpul menjadi 15-20 lobus
pada tiap payudara.
ASI dsalurkan dari alveolus ke
dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk
saluran yang lebih besar (duktus
laktiferus).
- Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah
Sinus
laktiferus yaitu saluran di bawah areola
yang besar, melebar, dan akhirnya
memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Terdapat otot polos di dalam
dinding alveolus maupun
saluran-saluran yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
- Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.yang merupakan tempat keluarnya ASI. Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan terbenam (inverted).
Gambar 1. Anatomi Payudara Wanita
B.
Kanker
Payudara
1. Pengertian
Kanker Payudara
Menurut istilah kedokteran, semua benjolan disebut tumor.
Benjolan tersebut ada yang jinak dan ada yang ganas. Tumor yang ganas itulah
yang disebut kanker. Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari
kelenjar payudara, termasuk saluran kelenjar air susu dan jaringan penunjangnya
(Darwito, 2009).
Kanker payudara adalah sekelompok sel yang tidak normal
pada payudara yang terus tumbuh berlipat ganda dan pada akhirnya, sel-sel ini menjadi
bentuk tonjolan di payudara. Kanker payudara merupakan salah satu bentuk
pertumbuhan sel pada payudara. Terdapat berjuta-juta sel di dalam tubuh. Salah
satunya sel abnormal atau sel metaplasia (sel yang dapat berubah-ubah namun
masih dalam batas normal). Jika sel metaplasia ini dipengaruhi oleh faktor lain
maka akan menjadi sel displasia (sel yang berubah menjadi tidak normal dan
terbatas dalam lapisan epitel). Sel-sel ini akan berkembang menjadi kanker
karena faktor yang mempengaruhi dalam kurun waktu 10-15 tahun (Kasdu, 2005).
Setiap bagian tubuh kita tersusun atas sel. Sel kita
tidak hidup selamanya, melainkan mengalami proses di mana sel muda lahir
kemudian menua dan mati. Pertumbuhan sel tubuh dan fungsinya diatur oleh gen
yang berperan dalam memastikan informasi sel dari generasi ke generasi
berlangsung dengan baik. Ketika gen ini bermutasi atau tumbuh tidak normal,
maka terjadilah perubahan proses di mana sel yang seharusnya mati namun
kemudian tetap tumbuh besar dan bertambah banyak tidak terkontrol, di sinilah
proses kanker itu terbentuk.
Struktur payudara juga terbangun dari milyaran sel, dan
kanker payudara adalah hasil dari transformasi tidak terkontrol dari sel-sel
tersebut. Kanker payudara biasa bermula dari saluran air susu atau dari lobulus
dan kemudian menyebar ke jaringan lemak yang ada di payudara. Terdapat dua tipe
kanker payudara, yang terbatas pada saluran air susu (karsinoma in situ atau non invasif) dan yang
menyebar menembus dinding saluran (infiltrat atau invasif). Meski demikian,
umumnya kanker payudara adalah campuran dari kedua tipe ini.
Berat ringannya suatu kanker payudara dipengaruhi atas 4
faktor berikut:
a. Stadium
penyebaran sel kanker (dibagi menjadi 4 stadium)
b. Agresifitas
dari penampilan sel kankernya (dibagi menjadi 3 derajat tingkatan agresif),
c. Status
ada atau tidaknya Hormone Receptor
d. Ada
atau tidaknya Mutated Gen (Her2).
Kanker stadium awal biasanya lebih berespon pada
pengobatan dan sangat mungkin sembuh
2. Etiologi
Kanker Payudara
Etiologi kanker payudara belum dapat dijelaskan. Namun,
banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang berhubungan
dengan peningkatan risiko atau kemungkinan untuk terjadinya kanker payudara.
Fakto-faktor risiko tersebut antara lain :
a. Jenis
kelamin
Berdasarkan penelitian, wanita lebih berisiko menderita
kanker payudara daripada pria. Prevalensi kanker payudara pada pria hanya 1%
dari seluruh kanker payudara.
b. Faktor
usia
Risiko kanker payudara meningkat seiring dengan
pertambahan usia. Setiap sepuluh tahun, risiko kanker meningkat dua kali lipat.
Kejadian puncak kanker payudara terjadi pada usia 40-50 tahun.
c. Riwayat
keluarga
Adanya riwayat kanker payudara dalam keluarga merupakan
faktor risiko terjadinya kanker payudara.
d. Riwayat
adanya tumor jinak payudara sebelumnya
Beberapa tumor jinak pada payudara dapat bermutasi
menjadi ganas.
e. Faktor
genetik
Suatu studi genetik menemukan bahwa kanker payudara
berhubungan dengan gen tertentu. Bila terdapat mutasi gen BRCA1 dan BRCA2,
yaitu gen suseptibilitas kanker payudara, maka probabilitas untuk terjadi kanker
payudara adalah sebesar 80%.
f. Faktor
hormonal
Kadar hormon estrogen yang tinggi selama masa
reproduktif, terutama jika tidak diselingi perubahan hormon pada saat
kehamilan, dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara.
g. Usia
menarche
Berdasarkan penelitian, menarche dini dapat meningkatkan
risiko kanker payudara. Ini dikarenakan terlalu cepat mendapat paparan dari
estrogen.
h. Menopause
Menopause yang terlambat juga dapat meningkatkan risiko
kanker payudara sebesar 3%.
i. Usia
pada saat kehamilan pertama >30 tahun
Risiko kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring
dengan peningkatan usia wanita saat kehamilan pertamanya.
j. Nullipara/belum
pernah melahirkan
Berdasarkan penelitian, wanita nullipara mempunyai risiko kanker payudara sebesar 30% dibandingkan
dengan wanita yang multipara.
k. Tidak
menyusui
Berdasarkan penelitian, waktu menyusui yang lebih lama
mempunyai efek yang lebih kuat dalam menurunkan risiko kanker payudara. Ini
dikarenakan adanya penurunan level estrogen dan sekresi bahan-bahan
karsinogenik selama menyusui.
l. Pemakaian
kontrasepsi oral dalam waktu lama, diet tinggi lemak, alkohol, dan obesitas
(Rasjidi dan Hartanto, 2009)
3. Klasifikasi
Kanker Payudara
Klasifikasi kanker payudara
dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Klasifikasi
patologis meliputi kanker putting payudara, kanker ductus lactiferus, dan kanker dari lobus.
b. Klasifikasi
histologi kanker payudara
Tabel
1. Histologi Kanker Payudara
No
|
Jenis Kanker
|
Jenis Histologi
|
1.
|
Non
invasif
|
a.
Karsinoma
duktus is situ
b.
Karsinoma
lobus is situ
|
2.
|
Invasif
|
a.
Karsinoma
invasive duktal
b.
Karsinoma
invasive duktal dengan komponen intraduktal yang predominant
c.
Karsinoma
invasif lobular
d.
Karsinoma
mucinous
e.
Karsinoma
medullary
f.
Karsinoma
papillary
g.
Karsinoma
tubular
h.
Karsinoma
adenoid cystic
i.
Karsinoma
sekretori (juvenile)
j.
Karsinoma
apocrine
k.
Karsinoma
dengan metaplasia
l.
Tipe
squamous
m.
Tipe
spindle-cell
n.
Tipe
cartilaginous dan osseous
o.
Mixed
type
|
3.
|
Paget’s disease of the nipple
|
|
Klasifikasi
klinik meliputi 4 stadium, sebagai berikut :
a. Stadium
I, merupakan kanker payudara dengan besar sampai 2 cm dan/ atau tidak memiliki
anak sebar.
b. Sadium
II (a dan b), merupakan kanker payudara yang besarnya sampai 2 cm atau lebih
dengan memiliki anak sebar di kelenjar ketiak.
c. Stadium
III (a, b dan c), merupakan kanker payudara yang besarnya sampai 2 cm atau
lebih dengan anak sebar di kelenjar ketiak, infra dan supraklavikular,
infiltrasi ke fasia pektoralis atau
ke kulit atau kanker payudara yang apert
(memecah ke kulit).
d. Stadium
IV, merupakan kanker payudara dengan metastasis yang sudah jauh, misalnya ke
tengkorak, tulang punggung, paru-paru, hati atau panggul (Wiknjosastro, 2006)
Gambar 2. Stadium Kanker Payudara
4. Tanda
dan Gejala Kanker Payudara
a. Benjolan
Adanya benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan
tangan. Semakin lama benjolan tersebut semakin mengeras dan bentuknya tidak
beraturan.
b. Perubahan
kulit pada payudara
1) Kulit
tertarik (skin dimpling)
2) Benjolan
yang dapat dilihat (visible lump)
3) Gambaran
kulit jeruk (peu d’orange)
4) Eritema
5) Ulkus
c. Kelainan
pada putting
1) Puting
tertarik (nipple retraction)
2) Eksema
3) Cairan
pada puting (nipple discharge) (Suryaningsih,
2009)
5. Diagnosis
Kanker Payudara
Diagnosis dari kanker payudara dapat ditegakkan dari
hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan tambahan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan.
a. Anamnesa
Anamnesa
bertujuan untuk menanyakan keluhan di payudara atau daerah aksila dan riwayat
penyakitnya. Keluhan dapat berupa adanya benjolan, rasa nyeri, nipple discharge, nipple retraction, krusta pada areola, kelainan kulit berupa
penebalan seperti kulit jeruk, ulserasi, dan perubahan warna kulit.
Selain
itu juga ditanyakan apakah terdapat penyebaran pada regio kelenjar limfe,
seperti timbulnya benjolan di aksila, dan adanya benjolan di leher ataupun
tempat lain. Adanya gejala metastase juga ditanyakan, seperti sesak napas atau
batuk yang tidak sembuh meskipun sudah diobati, dan nyeri pada tulang belakang,
serta rasa penuh di ulu hati (sebah).
Riwayat
penyakit yang pernah diderita pasien, serta obat-obat yang digunakan dan jenis
pengobatan yang didapat, serta faktor risiko kanker payudara pada pasien juga
ditanyakan dalam anamnesa (Gleadle, 2007).
b. Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan
ini terdiri atas inspeksi dan palpasi. Inspeksi dilakukan dengan mengamati
ukuran dan bentuk kedua payudara pasien, serta kelainan pada kulit, antara lain
benjolan, perubahan warna kulit (eritema), tarikan pada kulit (skin dimpling), luka/ulkus, gambaran
kulit jeruk (peau de orange), nodul
satelit, kelainan pada areola dan puting, seperti puting susu tertarik (nipple retraction), eksema dan keluar
cairan dari puting. Ada atau tidaknya benjolan pada aksila atau tanda-tanda
radang serta benjolan infra dan supra klavikula juga diperhatikan (Gleadle,
2007).
Pemeriksaan
palpasi dilakukan dengan meraba dengan kedua tangan bagian polar distal jari 2,
3, dan 4, di mana penderita dalam posisi berbaring dengan pundak diganjal
bantal kecil dan lengan di atas kepala. Palpasi harus mencakup 5 regio,
terutama daerah lateral atas dan sub areola, karena merupakan tempat lesi
tersering. Cara melakukan palpasi ada 3 cara, yaitu sirkular, radier dan dilakukan
dari pinggir payudara menuju ke areola dan meraba seluruh bagian payudara
bertahap. Hal yang harus diamati bila didapati benjolan adalah lokasi benjolan
(5 regio payudara, aksila, infra dan supra klavikula), konsistensi (keras,
kenyal, lunak/fluktuasi), permukaan (licin rata, berbenjol-benjol), mobilitas
(dapat digerakkan, terfiksir jaringan sekitarnya), batas (tegas atau tidak
tegas), nyeri (ada atau tidak ada), ukuran (Gleadle, 2007).
Saat
melakukan palpasi daerah sub areola amati apakah ada pengeluaransekret dari
puting payudara dan perhatikan warna, bau, serta kekentalan sekret tersebut.
Sekret yang keluar dari puting payudara dapat berupa air susu, cairan jernih,
bercampur darah, dan pus. Palpasi kelenjar aksila dilakukan untuk mengetahui apakah
pada saat yang bersamaan dengan benjolan pada payudara didapati juga benjolan
pada kelenjar getah bening aksila yang merupakan tempat penyebaran limfogen
kanker payudara. Begitu juga dengan
palpasi pada infra dan supra klavikula (Gleadle, 2007).
c. Pemeriksaan
Tambahan
1) Mamografi
payudara
2) CT
& MRI pada payudara
3) Ultrasonografi
(USG)
4) Skrining
tulang
d. Pemeriksaan
biopsi jarum halus
Pemeriksaan
ini dilakukan pemeriksaan sitologi pada lesi atau luka yang secara klinis dan
radiologik dicurigai merupakan suatu keganasan (Davey, 2006).
e. Pemeriksaan
laboratorium dan histopatologik
Pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan berupa pemeriksaan darah rutin dan kimia darah yang
sesuai dengan perkiraan metastase. Pemeriksaan reseptor ER dan PR juga perlu
dilakukan. Pemeriksaan tumor marker juga harus dilakukan untuk follow up (Davey, 2006).
Jika pada pemeriksaan-pemeriksaan
tersebut di atas dijumpai adanya kelainan, baik berupa benjolan atau gambaran
radiologi yang abnormal, maka perlu dilakukan biopsi untuk mendapatkan contoh
jaringan yang akan diperiksa di bawah mikroskop dan dipastikan ada atau
tidaknya sel kanker.
6. Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan kanker payudara pada tahap awal
adalah untuk mengangkat tumor dan membersihkan jaringan sekitar tumor. Tumor
primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan, yaitu lumpectomy di mana tumor tersebut diangkat, atau dengan pembedahan
mastectomy, di mana sebagian payudara
yang mengandung sel kanker diangkat, atau seluruh payudara diangkat. Selain
terapi pembedahan juga ada radioterapi adjuvan, dimana ini berfungsi untuk
mengurangi resiko rekurensi tumor lokal setelah operasi. Selain pembedahan dan
radioterapi, juga dilakukan kemoterapi dan terapi hormone (Davey, 2006).
7. Prognosis
Kelangsungan hidup pasien kanker payudara dipengaruhi
oleh banyak hal seperti karakteristik tumor, status kesehatan, factor genetik,
level stress, imunitas, keinginan untuk hidup, dan lain-lain. Stadium klinis
dari kanker payudara merupakan indikator terbaik untuk menentukan prognosis
penyakit ini. Harapan hidup pasien kanker payudara dalam lima tahun digambarkan
dalam five-year survival rate (harapan
hidup) (Imaginis, 2009).
Tabel
2. Five Year Survival Rate
Stadium
|
Harapan
Hidup Pasien Kanker Payudara dalam Lima Tahun
|
0
|
100%
|
I
|
100%
|
II A
|
92%
|
II B
|
81%
|
III A
|
67%
|
III B
|
54%
|
IV
|
20%
|
C. Pemeriksaan
Payudara Sendiri (SADARI)
1. Pengertian
SADARI
Periksa payudara sendiri (SADARI) merupakan langkah awal
untuk mendeteksi adanya kelainan pada payudara, di mana Periksa SADARI sebaiknya
dilakukan seminggu setelah selesai haid. Periksa SADARI dilakukan pada usia
20-30 tahun, minimal tiap tiga bulan
sekali, tetapi akan lebih baik dilakukan sebulan sekali setelah selesai haid.
Periksa Payudara Sendiri (SADARI) adalah bagian penting
dari perawatan kesehatan, yang dapat melindungi dari resiko terkena kanker
payudara. Untuk mendeteksi kanker payudara stadium dini sangat mudah, dengan
melakukan SADARI, dapat diketahui secara dini terjadinya kanker payudara. Periksa Payudara Sendiri (SADARI)
dapat dilakukan dirumah, cukup beberapa menit dan sebulan sekali setelah
selesai haid.
Periksa Payudara Sendiri (SADARI) sebaiknya dilakukan
seminggu setelah menstruasi, karena pada saat selesai menstruasi kondisi
payudara lunak dan longgar, sehingga dapat memudahkan perabaan. Periksa
Payudara Sendiri (SADARI) dilakukan pada. usia 20-30 tahun, minimal dilakukan
tiga tahun sekali. Pada usia 30-40 tahun sebaiknya dilakukan 1-2 tahun sekali.
Pada usia 40-50 tahun sebaiknya dilakukan tiap tahun ditambah dengan
pemeriksaan mamografi. (Suryaningsih, 2009).
2. Manfaat
SADARI
Manfaat periksa payudara sendiri (SADARI) adalah untuk
mendeteksi sedini mungkin adanya kelainan pada payudara karena kanker payudara
pada hakikatnya dapat diketahui secara dini oleh para wanita usia subur. Setiap
wanita mempunyai bentuk dan ukuran payudara yang berbeda, bila wanita memeriksa
payudara sendri secara teratur, setiap bulan setelah haid, wanita dapat
merasakan bagaimana payudara wanita yang normal. Bila ada perubahan tentu
wanita dapat mengetahuinya dengan mudah. (Suryaningsih, 2009).
3. Cara
Melakukan SADARI
Berikut merupakan
langkah-langkah pada SADARI.
a. Melihat
Meliputi bentuk dan ukuran, puting lurus ke depan atau
tertarik ke dalam, puting atau kulit ada yang lecet atau tidak, warna kulit
tampak kemerahan atau tidak, tekstur kulit tampak menebal dengan pori-pori melebar atau mulus, tampak adanya kerutan,
cekungan atau tidak (payudara yang normal adalah payudara dengan bentuk
sempurna tanpa perubahan warna, tekstur dan pembengkakan). (Suryaningsih,
2009).
b. Memijat
Secara lembut pijat payudara dari tepi hingga ke puting,
untuk mengetahui ada atau tidaknya cairan yang keluar dari puting susu
(seharusnya tidak ada cairan yang keluar, kecuali sedang menyusui).
c. Meraba
Dilakukan dengan gerakan memutar mulai dari tepi payudara hingga ke puting, masing-masing gerakan
memutar dilakukan dengan kekuatan tekanan berbeda-beda, yaitu:
1) Tekanan
ringan untuk meraba ada tidaknya benjolan di dekat permukaan kulit
2) Tekanan
sedang untuk meraba ada tidaknya benjolan di tengah-tengah jaringan payudara
3) Tekanan
cukup kuat untuk merasakan adanya benjolan di dasar payudara, dekat dengan tulang dada.
4) Meraba
ketiak
Raba ketiak dan area di sekitar payudara untuk mengetahui
ada tidaknya benjolan (Suryaningsih, 2009).
No comments:
Post a Comment