Saturday, 5 October 2013

Cara Melakukan Penilaian Awal Berkaitan dengan Kondisi Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.



Penilaian awal
Dalam menentukan kondisi  kasus obstetric yang dihadapi apakah dalam keadaan gawat darurat atau tidak, secara prinsip harus dilakukan pemeriksaan secara sisstematis meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum, dan pemeriksaan obstetric. Dalam praktik, oleh karena pemeriksaan sistematis yang lengkap membutuhkan waktu agak lama, padahal penilaian harus dilakukan secara cepat maka dilakukan penilaian awal.


Penilaian awal adalah langkah pertama untuk menentukan dengan cepat kasus obstetric yang diurigai dalam keadaan gawat darurat dan membutuhkan pertolongan segera dengan mengidentifikasi penyulit (komplikasi) yang dihadapi. Dalam penilaian awal ini, anamnesis lengkap belum dilakukan. Anamnesis awal dilakukan bersama-sama periksa pandang, periksa raba, dan penilaian tanda vital dan hanya untuk mendapatkan informasi yang sangat penting berkaitan dengan kasus. Misalnya, apakah kasus mengalami perdarahan, demam, tidak sadar, kejang, sudah mengejan atau bersalin berapa lama, dan sebagainya. Fokus utama persalinan adalah apakah pasien mengalami syok hipovolemik, syok septic, syok jenis lain (syok kardiogenik, syok neurologic dan sebagainya) koma, kejang-kejang, dan hal itu terjadi dalam kehAmilan, persalinan, pascasalin, atau masa nifas. Syok kardiogenik, syok neurologic dan syok analfilaktik jarang terjadi pada kasus obstetric. Syok kardiogenik dapat terjadi pada kasus penyakit jantung dalam kehamilan/persalinan. Angka kematian sangat tinggi. Syok neurologic dapat terjadi pada kasus inversion uteri sebagai akibat rasa nyeri yang hebat disebabkan oleh tarikan kuat pada peritoneum, kedua ligamentum infundibulopelvikum dan ligamentum rotundum. Syok analfilaktik dapat terjadi pada kasus emboli air ketuban.

Pemeriksaan yang dilakukan untuk penilaian awal adalah sebagai berikut:
1.      Penilaian dengan periksa pandang
a.       Menilai kesadaran penderita : pingsan/koma, kejang-kejang, gelisah tampak kesakitan
b.      menilai wajah penderita : pucat, kemerahan, banyak keringat
c.       Menilai pernapasan : cepat, sesak napas
d.      Menilai perdarahan dari kemaluan
2.      Penilaian dengan periksa raba (palpasi) :
a.       Kulit : dingin, demam
b.      Nadi : lemah/kuat, cepat/normal
c.       Kaki/tungkai bawah : bengkak
3.      Penilaian tanda vital :
Tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan

Hasil penilaian awal ini, berfokus pada apakah pasien mengalami syok hipovolemik, syok septic, syok jenis lain, koma, kejang-kejang atau koma disertai kejang-kejang, menjadi dasar pemikiran apakah kasus mengalami perdarahan, infeksi, hipertensi/preeklamsia/eklamsia atau penyulit lain. Dasar pemikiran ini harus dilengkapi dan diperkuat dengan melakukan pemeriksaan klinik lengkap, tertapi sebelum pemeriksaan klinik lengkap selesai dilakukan, langkah-langkah untuk melakukan pertolongan pertama sudah dikerjakan sesuai hasil penilaian awal, misalnya ditemukan kondisi syok, pertolongan pertama untuk melakukan syok sudah harus dilakukan.

B.     Penilaian Klinik Lengkap
Penilaian klini lengkap meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum, dan pemeriksaan obstetric termasuk pemeriksaan panggul secara sistematis meliputi sebagai berikut.
1.      Anamnesis
Diajukan pertanyaan kepada pasien atau keluarganya beberapa hal berikut dan jawabannya dicatat dalam catatan medik.
a.       Masalah/keluhan utama yang menjadi alasan pasien dating ke klinik.
b.      Riwayat penyakit/masalah tersebut termasuk obat-obatan yang sudah didapat
c.       Tanggal hari pertama haid yang terakhir dan riwayat haid
d.      Riwayat kehamilan sekarang
e.       Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu termasuk kondisi anaknya
f.       Riwayat penyakit yang pernah diderita dan riwayat penyakit dalam keluarga Riwayat pembedahan
g.      Riwayat alergi terhadap obat

2.      Pemeriksaan Fisik Umum
a.       Penilaian keadaan umum dan kesadaran penderita
b.      Penilaian tanda vital (Tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan)
c.       Pemeriksaan kepala dan leher
d.      Pemeriksaan dada (pemeriksaan jantung dan paru-paru)
e.       Pemeriksaan perut (kembung, nyeri tekan atau nyeri lepas, tanda abdomen akut, cairan bebas dalam rongga perut)
f.       Pemeriksaan anggota gerak (antara lain edema tungkai dan kaki)
3.      Pemeriksaan Obstetri :
a.       Pemeriksaan vulva dan perineum
b.      Pemeriksaan vagina
c.       Pemeriksaan serviks
d.      Pemeriksaan rahim (besarnya, kelainan bentuk, tumor dan sebagainya)
e.       Pemeriksaan adneksa
f.       Pemeriksaan his (frekuensi, lama, kekuatan relaksasi, simetri, dan dominasi fundus)
g.      Pemeriksaan janin:
1)      Didalam atau diluar rahim
2)      jumlah janin
3)      presentasi janin dan turunnya presentasi seberapa jauh
4)      posisi janin, moulase, dan kaput suksedaneum
5)      Bagian kecil janin disamping presentasi (tangan, tali pusat, dan lain-lain)
6)      Anomali kongenital pada janin
7)      Taksiran berat janin
8)      Janin mati atu hidup, gawat janin atau tidak

4.      Pemeriksaan Panggul :
a.       Penilaian pintu atas panggul :
1)      Promontorium teraba atau tidak
2)      Ukuran konjugata diagonalis dan konjugata vera
3)      penilaian linea inominata teraba berapa bagian atau teraba seluruhnya
b.      Penialaian ruang tengah panggul :
1)      Penilaian tulang sacrum (cekung atau datar)
2)      Penilaian dinding samping (lurus atau konvergen)
3)      Penilaian spina ischiadika (runcing atau tumpul)
4)      Ukuran jarak antaspina iskiadika distansia interspinarum)
c.       Penilaian pintu bawah panggul :
1)      Arkus pubis (lebih besara atau kurang dari 90°)
2)      Penilaian tulang koksigis (ke depan atau tidak)
3)      Penilaian adanya tumor jalan lahir yang menghalangi persalinan pervaginam
4)      Penilaian panggul (panggul luas, sempit atau panggul patologik)
d.      Penilaian imbang feto-pelvik : (imbang feto-pelvik baik atau disproporsi sefalo-pelvik)

C.    Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium sangat membantu dan menentukan baik dalam penanganan kasus perdarahan, infeksi dan sepsis, hipertensi dan preeklamsia/eklamsia, maupun kasus kegawatdaruratan yang lain.

D.    Pemeriksaan Darah
Darah diambil untuk pemeriksaan berikut  (disesuaikan dengan indikasi klinik).
1.      Golongan darah dan cross match
2.      Pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit.
Kadar hemoglobin dan hematokrit penting dalam kasus perdarahan. dalam perdarahan akut kadar Hb dapat lebih tinggi, tetapi dalam kenyataannya jauh lebih rendah. Dalam kasus sepsis kadar Hb penting dalam kapasitasnya untuk mengangkut oksigen guna mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat, sehingga harus diupayakan kadar Hb > 10 gr% dan Ht >30%.
Jumlah dan hitung jenis leukosit berguna untuk memprediksi infeksi, walaupun kenaikan jumlah leukosit tidak spesifik untuk infeksi. Pada kasus demam tanpa tanda-tanda, lokasi infeksi, bila jumlah leukosit >15.000/mm3 berkaitan dengan infeksi bakteri sebesar 50%. Selain itu, jumlah leukosit juga menjadi suatu komponen criteria dalam SIRS (Systemik Inflammatory Response Syndrome) suatu istilah untuk menggambarkan kondisi klinik tertentu yaitu pengaktifan inflammatory cascade dan dianggap ada apabila terdapat 2 kelainan dari 4 yaitu : 1) suhu tubuh, 2) Frekuensi jantung, 3) frekuensi napas, 4) jumlah leukosit. Jumlah trombosit meningkat pada peradangan dan menurun pada DIC (disseminated intravascular coagulation).
3.      Pemeriksaan ureum dan kreatinin untuk menilai fungsi ginjal dan dehidrasi berat
4.      pemeriksaan glukosa darah
5.      Pemeriksaan pH darah dan elektrolit (HCO3, Na, K, dan Cl)
6.      Pemeriksaan koagulasi
7.      Pemeriksaan fungsi hati, bilirubin, dalam evaluasi gagal organ ganda
8.      Kultur darah untuk mengetahui jenis kuman

E.     Pemeriksaan Air Kemih
Dilakukan pemeriksaan air kemih lengkap dan kultur. Dalam kondisi syok biasa produksi air kemih sedikit sekali atau bahkan tidak ada. Berat jenis air kemih meningkat lebih dari 1.020.

No comments:

Post a Comment