BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
derajat kesehatan wanita. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target
yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium pada tujuan ke 5 yaitu
meningkatkan kesehatan ibu di mana target yang akan dicapai sampai tahun 2015
adalah mengurangi sampai tiga per empat (¾)
risiko jumlah kematian ibu. Survei yang dilakukan terhadap angka
kematian ibu telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu. Namun demikian,
upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan
komitmen dan usaha keras yang terus menerus.
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa ada 500.000 kematian ibu
melahirkan di seluruh dunia setiap tahunnya, 99 persen diantaranya terjadi di
negara berkembang. Diperkirakan bahwa hampir satu orang ibu setiap menit
meninggal akibat kehamilan dan persalinan. Angka kematian maternal di negara berkembang
diperkirakan mencapai 100 sampai 1000 lebih per 100.000 kelahiran hidup, sedang
di negara maju berkisar antara tujuh sampai 15 per 100.000 kelahiran hidup. Ini
berarti bahwa di negara berkembang risiko kematian maternal satu diantara 29
persalinan sedangkan di negara maju satu diantara 29.000 persalinan.
Berdasarkan SDKI survei terakhir tahun 2007 aki indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia. Sementara target
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) adalah sebesar 226 per
100.000 kelahiran hidup.
Faktor langsung penyebab tingginya angka kematian ibu adalah perdarahan (45%), terutama perdarahan
post partum. Selain itu adalah keracunan kehamilan (24%), infeksi (11%), dan
partus lama/macet (7%). Komplikasi obstetrik umumnya terjadi pada waktu
persalinan, yang waktunya pendek yaitu sekitar 8 jam. Menurut WHO (2000), 81%
AKI akibat komplikasi selama hamil dan bersalin, dan 25% selama masa post
partum.
Pada wanita terdapat hubungan dari dunia luar dengan rongga peritonum
melalui vulva, vagina, uterus dan tuba fallopii. Untuk mencegah terjadinya infeksi dari luar
dan untuk menjaga jangan sampai infeksi meluas, masing-masing alat traktus
genitalis memiliki mekanisme pertahanan.
Radang atau infeksi pada alat-alat genetalia dapat timbul secara akut
dengan akibat meninggalnya penderita, atau penyakit bisa sembuh sama sekali
tanpa bekas, atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba.
Penyakit akur juga bisa menjadi menahun, atau penyakit dari permulaan sudah
menahun.
Infeksi pada uterus menjalar ke tuba Fallopii dan rongga peritonium
melalui 2 jalan. Pada gonorhea penyakit menjalar dari endometrium, sedang
ginfeksi puerperal kuman-kuman dari uterus melalui darah dan limfe menuju
parametrium, tuba, ovarium dan rongga peritonium.
Metritis merupakan salah satu infeksi pada masa pospartum di mana angka
kematian ibu akibat infeksi sejumlah 11 % adalah termasuk oleh kematian yang
disebabkan oleh metritis.
Metritis bukanlah hal yang tidak dapat dicegah. Pencegahan pun dapat
dilakukan sebelum persalinan. Oleh karena itu dibutuhkan petugas kesehatan yang
kompeten di bidangnya, memberikan asuhan sesuai protab, memperhatikan terknik
pencegahan infeksi, dan sebagainya.
Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas tentang
asuhan kebidanan nifas dengan kasus metritis yaitu kelanjutan dari penyakit endometritis di mana bidan harus
mengetahui tanda dan gejala apa saja yang terjadi pada penyakit metritis
sehingga dapat memberikan diagnosa secara tepat dan menindaklanjuti kasus
dengan sesegera mungkin melakukan rujukan ke dokter spesialis.
2.
Masalah
Masalah yang
diangkat
dalam makalah ini yaitu bagaimanakah asuhan kebidanan nifas dengan kasus metritis ?
3.
Tujuan
Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan asuhan kebidanan nifas dengan kasus metritis
4.
Manfaat
Manfaat yang
diperoleh dari penulisan makalah ini adalah :
1.
Penulis dapat memperoleh
pengetahuan dan pemahaman tentang asuhan
kebidanan nifas dengan kasus metritis
2.
Pembaca dapat memperoleh
pengetahuan dan pemahaman tentang asuhan
kebidanan nifas dengan kasus metritis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Miometriosis
Metritis (miometriosis) adalah infeksi uterus
setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu.
Penyakit ini tidak berdiri sendiri tetapi merupakan lanjutan dari endometritis,
sehingga gejala dan terapinya seperti endometritis.
Infeksi masa nifas adalah
semua peradanngan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat- alat
genital pada waktu persalinan dan nifas. Perlukaan karena persalinan merupakan tempat
masuknya kuman ke dalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas (
TT Fat, 2011, 304).
2. Etiologi
Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat
kandungan, seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari
tempat lain dalam tubuh), dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang
terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya
tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
Kuman- kuman masuk ke dalam endometrium, biasanya pada
luka bekas insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh
endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa patogen, radang
terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah
menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas keping-keping
nekrotis serta cairan. Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah sehat
terdapat lapisan terdiri atas leukosit – leukosit. Pada infeksi yang lebih
berat, batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjelaran.
Faktor resiko untuk terjadinya infeksi masa nifas
sangat bervariasi pada umumnya dibagi menjadi faktor yang berkaitan dengan:
a. Faktor status sosial ekonomi
Penderita dengan status sosial ekonomi yang rendah mempunyai risiko
timbulnya infeksi nifas jika dibandingkan dengan penderita dengan kelas sosial
ekonomi menengah atau tinggi. Hal ini berhubungan dengan keadaan gizi yang
rendah, anemia, perawatan antenatal yang tidak adekuat, dan lain-lain.
b. Faktor proses persalinan
Proses persalinan sangat mempengaruhi risiko timbulnya infeksi nifas, di
antaranya adalah partus lama, tertinggalnya sisa-sisa plasenta/ selaput
ketuban, dan perdarahan yang terjadi.
c. Faktor tindakan persalinan
Tindakan persalinan merupakan salah satu faktor risiko penting untuk
terjadinya infeksi nifas.
3.
Bakteriologi
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara
lain adalah.
a. Streptococcus
haemoliticus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat
yang ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan
penolong, dan sebagainya.
b. Staphylococcus
aureus
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak
ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit.
c. Escherichia
coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum,
menyebabkan infeksi terbatas.
d. Clostridium
welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya, sering
ditemukan pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar
rumah sakit.
4. Gejala dan Tanda
Gejala dan tanda metritis yaitu.
a. Demam menggigil
b. Nyeri di bawah perut
c. Lochia berbau dan bernanah
d. Nyeri tekan uterus
e. Perdarahan pervaginam
f. Syok
5. Klasifikasi
Metritis digolongkan menjadi dua yaitu.
a. Metritis Akuta
Metritis Akuta biasanya terdapat pada abortus septik
atau infeksi postpartum. Penyakit ini tidak berdiri sendiri, akan tetapi
merupakan bagian dari infeksi yang lebih luas. Kerokan pada wanita dengan
endometrium yang meradang (endometritis) dapat menimbulkan metritis akut. Pada
penyakit ini miometrium menunjukkan reaksi radang berupa pembengkakan dan
infiltrasi sel-sel radang. Perluasan dapat terjadi lewat jalan limfe atau lewat
trombofeblitis dan kadang-kadang dapat terjadi abses.
b. Metritis kronik
Metritis kronik adalah diagnosis yang dahulu banyak
dibuat atas dasar menometroragia dengan uterus lebih besar dari biasa, sakit
pinggang dan leukorea. Akan tetapi pembesaran uterus pada seorang multipara
umumnya disebabkan oleh pertambahan jaringan ikat akibat kehamilan. Bila
pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abses pelvik, peritonitis,
syok septik, dispareunia, trombosis vena yang dalam, emboli pulmonal, infeksi
pelvik yang menahun, penyumbatan tuba dan infertilitas.
6. Cara Terjadinya Infeksi
Cara terjadinya infeksi metritis yaitu.
a. Manipulasi penolong yang tidak
suci hama, atau pemeriksaan dalam yang berulang-ulang dapat membawa bakteri
yang sudah ada ke dalam rongga rahim.
b. Alat-alat yang tidak suci
hama.
c. Infeksi droplet, sarung tangan
dan alat-alat terkena infeksi kontaminasi yang berasal dari hidung, tenggorokan
dari penolong dan pembantunya atau orang lain
7. Faktor Predisposisi Infeksi Masa Nifas
Faktor predisposisi infeksi masa nifas yaitu.
a. Partus lama, partus terlantar,
dan ketuban pecah lama.
b. Tindakan obstetri operatif
baik pervaginam maupun perabdominal.
c. Tertinggalnya sisa-sisa uri,
selaput ketuban dan bekuan darah dalam rongga rahim.
d. Keadaan-keadaan yang
menurunkan daya tahan seperti perdarahan, kelelahan, malnutrisi, preeklamsi,
eklamsi dan penyakit ibu lainnya (jantung, tuberkulosis paru, pneumonia dan
lain-lain).
8. Penanganan
Penanganan yang dapat dilakukan yaitu.
a. Berikan transfusi darah jika dibutuhkan (packet red
cell)
b. Berikan antibiotik spektrum luas dalam dosis yang
tinggi
c. Pertimbangakan pemberian anti tetanus profilaksis
d. Bila dicurigai adanya sisa plasenta, lakukan
pengeluaran ( digital atau dengan kuret tumpul besar)
e. Bila ada pus, lakukan drainase (kalau perlu
kalpotomi), ibu dalam posisi flower
f. Bila tidak ada perbaikan dengan pengobatan
konservatif dan ada tanda peritonitis generalisata, lakukan laparotomi dan
keluarkan pus. Bila pada uterus nekrotik dan septik lakukan histerektomi
subtotal.
9. Pencegahan
9.1.Masa kehamilan
Mengurangi atau mencegah
faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan, serta mengobati
penyakit-penyakit yang diderita oleh ibu. Pemeriksaan dalam jangan dilakukan
kalau tidak ada indikasi yang perlu. Begitu pula pada koitus ibu hamil tua
hendaknya dihindari atau dikurangi dan di lakukan hati-hati karena dapat
menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam
jalan lahir.
9.2.Masa persalinan
Pencegahan yang dapat
dilakukan pada masa persalinan yaitu.
a. Hindari pemeriksaan dalam
berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilitas yang baik, apalagi bila
ketuban telah pecah.
b. Hindari partus terlalu lama
dan ketuban pecah lama.
c. Jagalah sterilitas kamar
bersalian dan pakailah masker, alat-alat harus suci hama.
d. Perlukaan-perlukaan jalan
lahir karena tindakan baik pervaginam maupun perabdominam dibersihkan, dijahit
sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
e. Perdarahan yang banyak harus
dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti dengan transfusi
darah
9.3
Selama nifas
Pencegahan infeksi selama nifas antara lain:
a. Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik.
b. Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah
genital harus suci hama.
c. Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi
dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu nifas yang sehat.
d. Membatasi tamu yang berkunjung.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Infeksi masa nifas adalah semua peradanngan yang
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat- alat genital pada waktu
persalinan dan nifas. Perlukaan karena
persalinan merupakan tempat masuknya kuman kedalam tubuh, sehingga menimbulkan
infeksi pada kala nifas
Metritis (miometriosis) adalah infeksi uterus setelah persalinan yang
merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Penyakit ini tidak berdiri
sendiri tetapi merupakan lanjutan dari endometritis, sehingga gejala dan
terapinya seperti endometritis.
Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat
kandungan, seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari
tempat lain dalam tubuh), dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang
terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya
tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
B. Saran
Metritis merupakan salah satu hal yang saat ini mendapat perhatian yang
begitu besar. Oleh karena itu, diharapkan seluruh pihak memberikan
kontribusinya dalam merespon kasus kegawatdaruratan ini. Bagi mahasiswa, sudah
seyogyanya memberikan peran dengan mempelajari dengan sungguh-sunggu
kasus-kasus kegawatadaruratan dan memaksimalkan keterampilan dalam melakukan
penanganan kegawatdaruratan yang berada dalam koridor wewenang bidan. Penting
pula dapat menuliskan pendokumentasian dengan format yang telah umum digunakan
sesuai dengan asuhan apa yang telah diberikan, terapi pengobatan, respon pasien
dan keluarga, dan lain sebagainya.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS PATOLOGIS DENGAN METRITIS
PADA NY. P. DI RUANG NIFAS PUSKESMAS KANDAI
TANGGAL 21 JANUARI 2013
No. Medrec :
Tanggal
masuk/ : 21 – 02 - 2013
Jam masuk : 10.10 wita
Tanggal
pengkajian/ : 21 – 02 - 2013
Jam
pengkajian : 10.30 wita
Diagnosa : P1A0 dengan
gejala metritis
Nama pengkaji :
LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR
A.
IDENTITAS
ISTRI / SUAMI
Nama : Ny.”Y” / Tn”R”
Umur : 20 tahun / 30 tahun
Agama : Islam / Islam
Suku : Jawa / Bugis
Pendidikan : SMP / SMA
Pekerjaan : IRT / wiraswasta
Lama
menikah : ± 1 tahun
Alamat : Jl.
Gunung Keor, RT.02/ RW. 01, Kelurahan Jati Mekar
B.
DATA
BILOGIS
1.
Keluhan
utama
Ibu datang ke Puskesmas Kandai dengan keluhan sudah dua hari panas badan
dingin, nyeri perut bagian bawah, pagi ini keluar darah kotor dari vagina bau
busuk seperti nanah. Ibu melahirkan pada tanggal 17 Februari 2013, perdarahan
normal, ibu melahirkan di rumah ditolong oleh bidan
1.
Riwayat
keluhan utama
a.
Mulai
timbul : pasca persalinan,
tanggal 19 Februari 2013
b.
Sifat
keluhan : hilang timbul
c.
Lokasi
keluhan : perut bagian bawah
d.
Pengaruh
keluhan terhadap fungsi tubuh : sangat mengganggu
e.
Usaha
klien untuk mengatasi keluhan :
berbaring di tempat tidur
2.
Riwayat
kesehatan yang lalu dan sekarang
a.
Ibu
mengatakan tidak pernah/sedang menderita penyakit menular seperti AIDS, PMS,
hepatitis, TBC, dan juga penyakit keturunan seperti asma, Diabetes mellitus,
jantung, dan hipertensi.
b.
Ibu
mengatakan tidak ada riwayat transfusi darah, opname, dan operasi.
c.
Ibu
mengatakan tidak ada riwayat alergi atau memiliki pantangan terhadap makanan
atau obat-obatan tertentu.
d.
Ibu
mengatakan tidak ada riwayat ketergantungan terhadap obat-obatan dan alkohol.
3.
Riwayat
kesehatan keluarga
a.
Ibu
mengatakan baik dari pihak ibu maupun ayah tidak ada riwayat penyakit menular
seperti TBC, AIDS, hepatitis, PMS.
b.
Ibu
mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan dari keluarga seperti Diabetes
mellitus, hipertensi, asma, dan jantung.
4.
Riwayata
reproduksi
a.
Riwayat
haid
1)
Menarche : 13
tahun
2)
Siklus
haid : 28 – 30 hari
3)
Lamanya : 5 – 7 hari
4)
Banyaknya : 3
– 4 kali ganti pembalut/ hari
5)
Perlangsungan : normal,
teratur
6)
Kelainan
haid : tidak
ada
b.
Riwayat
obstetrik
Riwayat persalinan sekarang
1)
P1A0
2)
Ibu
melahirkan tanggal 17 Februari 2013 , pukul 16.45 wita.
3)
Jenis
persalinan : normal, spontan, letak kepala belakang
4)
Penolong : bidan
5)
Tempat
persalinan : ruang besalin Puskesmas Kandai
6)
Perdarahan : ± 250 cc
7)
Kontraksi
uterus : baik, teraba keras dan bundar
8)
Plasenta
lahir lengkap dan selaput utuh.
9)
Proses
persalinan
1.
Lama
kala I : ± 15 jam ( pukul 01.00 – 16.00 wita )
2.
Lama
kala II : ± 20 menit ( pukul 16.00 – 16.40 wita )
3.
Lama
kala III : ± 5 menit ( pukul 16.40 – 16. 45 wita )
4.
Lama
kala IV : ± 2 jam ( pukul 16.45 – 18.45 wita )
10) Bayi lahir dengan
j enis kelamin perempuan (♀)/
berat badan ( BB) 3500 gram, panjang badan ( PB ) 48 cm, apgar score 8/9 dan
ASI (+) / bayi menyusu dengan baik.
c.
Riwayat
ginekologi
Ibu mengatakan tidak ada riwayat infertilitas, tumor,
operasi, atau penyakit lainnya.
d.
Riwayat
KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
jenis apapun.
5.
Riwayat
pemenuhan kebutuhan dasar
a.
Pola
nutrisi
1)
Kebiasaaan
a)
Frekuensi
makan : 3 – 4 kali/ hari
b)
Frekuensi
minum : 6 – 8 kali/ hari, banyaknya 6-8 gelas/ hari
c)
Pantangan
makanan : tidak ada
2)
Pasca
persalinan
a)
Frekuensi
makan : 2 – 3 kali sehari
b)
Frekuensi
minum : 5 – 7 gelas sehari
b.
Pola
eliminasi
1)
Kebiasaan
BAK
a)
Frekuensi : 3
– 4 kali / hari
b)
Warna : kuning
jernih
c)
Bau : khas amoniak
d)
Masa lah : tidak ada
BAB
a)
Frekuensi : 1
– 2 kali / hari
b)
Konsistensi : lunak
c)
Masalah : tidak
ada
2)
Pasca
persalinan
BAK
Ibu berkemih 1 kali pasca persalinan
pukul 16.45 wita dengan kateterisasi, volume urin 750 cc.
BAB
Ibu belum BAB sejak pasca persalinan hingga saat pengkajian.
c.
Pola
istirahat
1)
Kebiasaan
a)
Malam : 6
– 8 jam ( pukul 21.00 wita – 05.00 wita)
b)
Siang : 1-2
jam ( pukul 13.00 – 14.00 wita )
c)
Masalah : tidak
ada
2)
Pasca
persalinan
a)
Malam : 4
– 5 jam ( pukul 23.00 wita – 04.00 wita)
b)
Siang : tidak
terpenuhi
c)
Masalah : sulit
tidur karena nyeri dan demam yang dirasakan
d.
Kebersihan
diri
1)
Kebiasaan
a)
Rambut
dibersihkan 3 kali seminggu menggunakan sampo
b)
Badan
dibersihkan 2 kali sehari menggunakan sabun
c)
Mulut/gigi
dibersihkan setelah makan, saat mandi, dan sebelum tidur.
d)
Kuku
tangan dibersihkan setiap kali kotor
e)
Pakaian
diganti setiap kali mandi dan setiap kali kantor
f)
Genitalia
dibersihkan setiap mandi dan setelah BAB atau BAK.
2)
Pasca
persalinan
Ibu
belum dapat memenuhi kebutuhan kebersihan diri seperti biasa
C.
PENGETAHUAN
IBU NIFAS
1.
Pengetahuan
tentang pentingnya menjaga kebersihan diri terutama kebersihan organ genitalia
2.
Pengetahuan
tentang ASI
a)
Manfaat
ASI : ibu belum tahu
b)
Teknik
menyusui : ibu belum tahu
c)
ASI
eksklusif : ibu belum
tahu
3.
Pengetahuan
tentang kebutuhan perawatan payudara
: ibu belum tahu
4.
Pengetahuan
tentang pemenuhan kebutuhan dasar ibu nifas :
ibu belum tahu
5.
Pengetahuan
tentang perawatan bayi : ibu belum tahu
D.
DATA
SOSIAL
1.
Dukungan
suami : suami ibu senang atas kelahiran bayinya
2.
Dukungan
keluarga : keluarga senang atas kelahiran bayinya
3.
Masalah : tidak ada
E.
PEMERIKSAAN
1.
Kesadaran : composmentis
2.
Berat
badan : 59 kg
3.
Tingggi
badan : 156 cm
4.
LILA : 23,5 cm
5.
Tanda-
tanda vital
TD : 90/60 mmHg
N : 86 x/menit
S : 39,5 ˚ C
P : 24 x/menit
6.
Kepala
Rambut panjang, lurus, hitam, tidak rontok, tidak
berketombe, tdak berabau, serta tidak ada benjolan.
7.
Wajah
Ekspresi wajah meringis saat nyeri timbul, tidak ada
cloasma, dan tidak ada oedema.
8.
Mata
Mata simetris kiri dan kanan, konungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterus, penglihatan ibu baik/normal.
9.
Hidung
Hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada polip, tidak
ada epitaksis, tidak ada pengeluaran sekret.
10. Mulut/gigi
Mulut tampak bersih, bibir lembab, tidak ada caries,
tidak ada gigi yang tanggal.
11. Telinga
Telinga simetris kiri dan kanan, daun telinga terbentuk
sempurna, tidak ada pengeluaran sekret, dan pendengaran ibu baik/normal.
12. Leher
Tidak ada pelebaran vena jugularis dan tidak ada
pembesaran kelenjari thyroid.
13. Payudara
Payudara simetris kiri dan kanan, puting susu menonjol,
terjadi hyperpigmentasi areola mammae, tidak ada benjolan, colostrum sudah ada,
ASI sudah ada.
14. Abdomen
Tidak ada bekas operasi, tampak striae livide dan linea
nigra, nyeri tekan saat palpasi, TFU teraba 6 jari di bawah pusat.
15. Genitalia luar
Masih tampak lochea rubra berbau busuk, tidak ada luka
episiotomi, tampak luka perineum derajat satu, luka jahitan masih basah, telah
dijahit dengan pola interrupterd ( jahitan putus-putus ) sebanyak 6 jahitan,
tidak ada oedema, tidak ada varises, dan tidak ada massa atau benjolan.
16. Anus
Tidak ada homorroid, tidak ada oedema.
17. Ekstremitas
a.
Tangan
Tangan simetris kiri dan kanan, warna kuku merah muda, tidak ada oedema.
b.
Kaki
Kaki simetris kiri dan kanan, warna kuku merah muda, tidak ada oedema,
tidak ada varises, dan refleks patella positif (-).
F.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Hemoglobin
: 10,4 gr %
2.
Leukosit
: 150.00 UI
3.
Golongan
darah : 0
G.
OBAT-
OBATAN
a.
Vitamin
C c. Amoxillin
b.
Sulfat
Ferosus d. Methylergomethrine
LANGAKAH II IDENTIFIKASI
DIAGNOSA/MASALAH AKTUAL
DAN
KEBUTUHAN
PIA0,
post partum 4 hari dengan gejala metritis.
1.
P1A0
Dasar
Data
subjektif
a. Ibu mengatakan telah melahirkan bayinya tanggal 17
Februari 2013, pukul 16.45 wita, anak hidup.
b. Ibu mengatakan bayi yang dilahirkan adalah anak yang
pertama.
c. Ibu mengatakan tidak pernah mengalami keguguran.
d. TFU teraba 3 jari di bawah pusat
e. Tampak pengeluaran lochea rubra.
f. Tampak strie livide dan linea nigra.
Data
objektif
a. TFU teraba 6 jari di bawah pusat
b. Masih terdapat pengeluara lochea merah
c. Tampak strie livide dan linea nigra.
Analisis dan interpretasi
a. Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang
keras, karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Fundus uteri ± 3 jari
dibawah pusat, selama 2 hari berikutnya besarnya tidak seberapa berkurang,
tetapi sesudah 2 hari ini uterus mengecil dengan cepat, sehingga pada hari 10
tidak teraba lagi dari luar (Sastrawinata, 1983).
b. Lochea rubra adalah sekret luka plasenta yang keluar dari
vagina yang berwarna merah segar seperti darah haid karena banyak mengandung
darah segardari sisi selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo,
mekonium,pengeluaran segera setelah persalinan sampai dua hari pasca persalinan
( Mochtar, 1999 : 116).
c. Pada kulit terdapat depisit pigmen dan hiperpigmentasi
karena pengaruh MSH ( Melanophore Stimulating Hormone ). Kulit juga seperti
retak, warnanya berubah agak hiperemis dan kebiruan yang disebut striae livide.
Setelah partus, striae livide berubah warnanya menjadi putih dan disebut striae
albicantes. ( Wiknjosastro, editor. Ilmu Kebidanan edisi ketiga. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002 : 863 – 875).
2.
Post
partum 4 hari
Dasar
Data
subjektif
a. Ibu mengatakan melahirkan bayinya pada tanggal 17
Februari 2013, pukul 16.45 wita.
b. Ibu mengatakan melahirkan anak yang pertama, anak hidup.
c. TFU teraba 3 jari di bawah pusat pada dua jam post partum
d. Tampak pengeluaran lochea rubra pada dua jam post partum
Data objektif
a. TFU teraba 6 jari di bawah pusat
Analisis dan interpretasi
Dari tanggal
17 Februari 2013 pada pukul 16. 45 saat plasenta lahir sampai dengan tanggal 21
Februari 2013 pukul 10.30 wita saat pengkajian terhitung post partum 4 hari.
Pada pemeriksaan fisik teraba TFU 6 jari di bawah pusat karena involusi uteri
jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses peristaltik berangsur-angsur
akan mengecil.( Mochtar, 1999 : 116).
3.
Masalah :
a. Nyeri tekan saat palpasi abdominal
b. Lochea berwarna merah berbau busuk seperti nanah
c. Demam tinggi 39,5 0C
d. Gangguan psikologis berupa cemas
Dasar
Data
subjektif
a. Ibu mengatakan nyeri pada perut, terutama perut bagian
bawah
b. Ibu mengeluh telah demam 2 hari yang lalu tanggal 19
Februari 2013.
c. Ibu cemas dengan keadaannya
Data objektif
a. Ekspresi wajah ibu meringis saat ada nyeri
b. Tampak pengeluaran lochea berwarna merah berbau busuk
seperti nanah
c. Demam tinggi 39,5 0C
d. Nyeri tekan pada palpasi abdominal
Analisis interpretasi
Gejala dan
tanda metritis yaitu demam menggigil, nyeri di bawah perut,lochia berbau dan
bernanah, nyeri tekan uterus, perdarahan pervaginam, syok.
( Nurmiati
& Kartini, 2012 : 67)
4.
Kebutuhan
a. Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
b. Kolaborasi untuk pemberian terapi dengan dokter
c. Konseling mengatasi cemas
LANGKAH III IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
Potensial
terjadinya syok hemorargi, abses pelvik peritonitis, syok septik, trombosis
vena yang dalam, emboli pulmonal, infeksi pelvik menahun, dispareunia,
penyumbatan tuba dan infertilitas.
Dasar
Data subjektif
a.
Ibu
mengatakan nyeri pada perut, terutama perut bagian bawah
b.
Ibu
mengeluh telah demam 2 hari yang lalu tanggal 19 Februari 2013.
c.
Ibu
cemas dengan keadaannya
Data objektif
a.
Ekspresi
wajah ibu meringis saat ada nyeri
b.
Tampak
pengeluaran lochea berwarna merah berbau busuk seperti nanah
c.
Demam
tinggi 39,5 0C
d.
Syok ( TD : 90/60 mmHg dan denyut nadi 86 kali per menit, lemah)
e.
Nyeri tekan pada palpasi abdominal
f.
Perdarahan
Analisis dan interpretasi
a.
Jika
perdarahan terus berlanjut dengan pengeluaran darah yang banyak, maka akan
menyebabkan timbulnya syok hemoragi. Syok hemoragik adalah syok yang disebabkan
oleh perdarahan yang banyak. Akibat perdarahan pada kehamilan muda, perdarahan
antepartum,dan perdarahan pasca persalinan.
(
Wiknjosastro, Ilmu Kebidanan, 2009, hal 402).
b.
Abses
pelvik, peritonitis terjadi karena meluasnya endometritis. Endomotritis,
endomiometritis, dan endoparametritis menggunakan terminologi yang sama yaitu
metritis. ( TT. Fat, 2011, hal 305).
c.
Endometriosis adalah penemuan yang paling lazim pada kasus infertilitas.
Perlekatan perianeksa dapat ditemukan, yang dapat menjauhkan fimbriae dari
permukaan ovarium atau menjebak oosit yang dilepaskan.(Cristina, 600-607).
d.
Syok septik terjadi karena infeksi bakteri gram positif, bakteri gram
negatif, virus, atau jamur. Syok spetik dapat disebabkan oleh infeksi pasca
persalinan.
(wiknjosastro, Ilmu Kebidanan, 2009 : 406 – 407).
e.
Trombosis vena dalam adalah kondisi
medis yang ditandai dengan pembentukan gumpalan-gumpalan darah pada vena-vena
dalam di dalam tubuh (vena profunda), yang dapat menyumbat baik seluruh maupun
sebagian aliran darah yang melalui vena, menyebabkan gangguan sirkulasi darah. Infeksi masa nifas dari endometrium dapat menyebar
melalui pembuluh-pembuluh darah. ( Tesno Fat, Obstetri & Ginekologi, 201l : hal 305).
LANGKAH IV EVALUASI PERLUNYA TINDAKAN SEGERA/ KOLABORASI
1.
Tindakan
segera
a. Mengurangi cairan yang hilang
b. Mengganti cairan yang hilang
2.
Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
b. Menyiapkan rujukan bila sewaktu-waktu diperlukan
LANGKAH
V RENCANA ASUHAN
1.
Tujuan
1) Tidak terjadi komplikasi
2) Tidak terjadi perdarahan.
3) Memenuhi kebutuhan psikologis ibu dalam mengatasi
kecemasan
4) Memberi pemahaman kepada ibu tentang pemenuhan kebutuhan
dasar ibu nifas.
2.
Kriteria
keberhasilan
1) Mengungkapkan adanya reduksi rasa ketidaknyamanan /
nyeri.
2) Pemenuhan kebutuhan dasar ibu nifas dapat dipahami dengan
baik oleh ibu dan keluarga.
3) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan, dan obat-obatan dapat
tercapai
3.
Rencana
tindakan
1.
Jelaskan
kepada ibu dan keluarga kondisi ibu saat ini
Rasional : ibu dan keluarga mengetahui kondisi ibu
dengan gejala dan
tanda yang ibu alami.
2.
Libatkan
keluarga untuk melakukan kompres hangat pada ibu.
Rasional : agar demam ibu dapat sedikit berkurang
serta menciptakan
dukungan emosional pada
ibu.
3.
Observasi
keadaan umum ibu dan tanda vital
Rasional : tanda- tanda vital merupakan salah satu
indikator untuk
menentukan prosedur tindakan selanjutnya.
4.
Berikan
antibiotik dan obat-obatan untuk mengurangi rasa sakit
Rasional : antibiotik dan obat-obatan lainnya mampu
mencegah keparahan
suatu infeksi serta untuk
mengurangi rasa sakit.
5.
Pasang
infus.
Rasional : cairan infus berguna untuk memenuhi
kebutuhan cairan ibu.
6.
Anjurkan
ibu untuk :
a. Banyak minum minimal 8 gelas / hari
Rasional :
agar kebutuhan cairan ibu terpenuhi.
b. Makan dengan diet gizi seimbang dan lunak
Rasional :
agar kebutuhan nutrisi dan serat ibu terpenuhi
c. Personal hygiene
Rasional :
salah satu manfaat menjaga kebersihan diri adalah untuk mencegah terjadinya
infeksi.
d. Memakai celana dalam longgar dari bahan katun, dan sering
mengganti jika basah atau terasa tidak nyaman
Rasional :
agar memberikan ibu sensasi nyaman dan sebagai langkah mencegah berkembangnya
kuman atau bakteri penyebab infeksi.
e. Istirahat yang cukup 7 – 8 jam/hari
Rasional :
agar kebutuhan istirahat ibu terpenuhi dan juga agar proses pemulihan kondisi
ibu berlangsung baik dan normal.
7.
Lakukan
vulva hygiene
Rasional :
8.
Persiapkan ibu untuk dirujuk
a. Beritahu keluarga dan libatkan keluarga
b. Siapkan surat rujukan
c. Sediakan obat-obat yang diperlukan selama proses
rujukan
1)
Infus
2)
Oksigen
3)
Analgetik
4)
Siapkan kendaraan yang akan di gunakan untuk mengantarkan klien ke
tempat rujukan
5)
Siapakan uang untuk kebutuhan administrasi
6)
Bila ada persediaan darah, siapkan darah untuk transfusi
Rasional : dalam sebuah
rujukan harus terdapat
9. Libatkan keluarga untuk turun merawat dan memberi
dukungan terhadap ibu
10. Jaga dan lanjutkan perawatan dan pengobatan
terhadap ibu sesuai dengan prinsip penanganan metritis dan kolaborasi dokter
LANGAKAH VI IMPLEMENTASI
Tanggal 21 Februari 2013 Pukul
10.30 Wita
1.
(10.30-10.33) : Menjelaskan kepada ibu dan keluarga
kondisi ibu saat ini
2.
(10.33-10.35) : Melibatkan keluarga untuk melakukan
kompres hangat pada ibu
3.
(10.35-10.40) : Mengobservasi keadaan umum ibu dan tanda
vital
4.
(10.40-10.43) : Memberikan obat-obatan antibiotik dan
obat-obatan untuk mengurangi rasa sakit.
a.
Ampicilin 2 gr IV setiap 6 jam
b.
Gentamycin
5 mg/kg BB IV tiap 24 jam
c.
Metronidazol
500 mg IV tiap 8 jam dosis tunggal
5.
(10.43-10.50) : Memasang infus jika lakukan transfusi
darah
6.
(10.50-10.55) : Menganjurkan ibu untuk :
a.
Banyak
minum minimal 8 gelas / hari
b.
Makan
dengan diet gizi seimbang dan lunak
c.
Personal
hygiene
d.
Memakai
celana dalam longgar dari bahan katun
e.
Istirahat
yang cukup 7 – 8 jam/hari
f.
Lakukan
vulva hygiene
7.
(10.55-11.00) : Melakukan vulva hygiene
8.
(11.00-11.20) : Mempersiapkan ibu untuk dirujuk
a.
Memberitahu
keluarga dan libatkan keluarga
b.
Menyiapkan
surat rujukan
c.
Sediakan
obat-obat yang diperlukan selama proses rujukan
a)
Infus
b)
Oksigen
c)
Analgetik
d)
Kendaraan
yang akan di gunakan untuk mengantarkan klien ke tempat rujukan
e)
uang
untuk kebutuhan administrasi
f)
persediaan
darah untuk transfusi
9.
(11.20-11.22) : Melibatkan keluarga untuk turut merawat
dan memberi dukungan terhadap ibu
10. (11.22-11.25) : Menjaga
dan melanjutkan perawatan dan pengobatan terhadap ibu sesuai dengan prinsip
penanganan metritis dan kolaborasi dokter
LANGKAH
VII. EVALUASI
Tanggal 21 Februari 2013 Jam
11.25 Wita
1. Ibu mengerti dengan kondisinya saat ini
2. Ibu bersedia mengerjakan semua anjuran bidan
3.
Hasil
obervasi Tanda-tanda vital :
TD : 90/60 mmHg
N : 86 x/menit
S : 39,5 ˚ C
P : 24 x/menit
4.
Ibu
bersedia untuk dilakukan vulva hygiene
5.
Ibu
sudah meminum obat antibiotik dan obat untuk meredakan rasa sakit yang
diberikan oleh bidan
6.
Ibu
dan keluarga setuju untuk dilakukan rujukan ke dokter
PENDOKUMENTASIAN HASIL
ASUHAN KEBIDANAN
POST NATAL CARE PATOLOGIS DENGAN GEJALA METRITIS
PADA NY. P. DI RUANG NIFAS PUSKESMAS KANDAI
TANGGAL 21 JANUARI 2013
No. Medrec :
Tanggal
masuk/ : 21 – 02 - 2013
Jam masuk : 10.10 wita
Tanggal
pengkajian/ : 21 – 02 - 2013
Jam
pengkajian : 10.30 wita
Diagnosa : P1A0 dengan
Gejala
mentritis
Nama pengkaji :
IDENTITAS
ISTRI / SUAMI
Nama : Ny.”P” /
Tn”R”
Umur : 20 tahun /
30 tahun
Agama : Islam /
Islam
Suku : Jawa /
Bugis
Pendidikan : SMP /
SMA
Pekerjaan : IRT /
wiraswasta
Lama menikah : ± 1 tahun
Alamat : Jl. Gunung Kelor, RT.02/ RW. 01, Kelurahan
Jati Mekar
SUBJEKTIF ( S )
a.
Ibu
mengatakan telah melahirkan bayinya tanggal 17 Februari 2013, pukul 16.45 wita,
anak hidup.
b.
Ibu
mengatakan bayi yang dilahirkan adalah anak yang pertama.
c.
Ibu
mengatakan tidak pernah mengalami keguguran.
d.
TFU
teraba 3 jari di bawah pusat , 2 jam post partum
e.
Tampak
pengeluaran lochea rubra.pada 2 jam post partum
f.
IIbu
mengatakan belum BAB dan 1 kali BAK.
g.
Ibu
mengaku cemas dengan keadaannya
OBJEKTIF ( O )
a.
Hasil
pemeriksaan fisik ibu:
1.
Pemeriksaan
umum : kesadaran composmentis, keadaan
umum ibu tidak baik, ekspresi ibu meringis saat ada nyeri, nyeri pada palpasi
abdominal.
2.
Tanda-tanda
vital
TD: 90 / 60 mmHg
N : 86 x / menit
S : 39,5 ° C
P : 24 x / menit
3. Terdapat pengeluaran kolostrum dan ASI.
4. TFU teraba 6 jari di bawah pusat, tampak striae livide dan linea nigra.
5.
Tampak
pengeluaran lochea berwarna merah berbau busuk seperti nanah, tampak luka
jahitan perineum yang masih basah,
ANALISIS ( A )
Diagnosa : PIA0 dengan gejala metritis
Masalah
aktual : demam
tinggi , nyeri perut bagian bawah, nyeri tekan
pada
perut, keluar lochea merah berbau busuk seperti
nanah.
Masalah
potensial : Potensial
terjadinya syok hemorargi, abses pelvik
peritonitis,
syok septik, trombosis vena yang dalam,
emboli
pulmonal, infeksi pelvik menahun, dispareunia,
penyumbatan
tuba dan infertilitas.
PLANNING ( P )
Tanggal 21 Januari 2013
1.
Menjelaskan
kepada ibu dan keluarga kondisi ibu saat ini
Hasil : ibu dan keluarga menerima dengan baik apa yang telah dijelaskan
dan mengaggukkan kepala tanda mengerti.
2.
Melibatkan
keluarga untuk melakukan kompres hangat pada ibu
Hasil : ibu telah diberikan kompres hangat oleh suami
3.
Mengobservasi
keadaan umum ibu dan tanda vital
Hasil : kesadaran ibu composmentis
TD : 90/60
mmHg
N : 86 x/menit
S : 39,5 ˚ C
P : 24 x/menit
4.
Memberikan
obat-obatan antibiotik dan obat-obatan untuk mengurangi rasa sakit.
a.
Ampicilin
2 gr IV setiap 6 jam
b.
Gentamycin
5 mg/kg BB IV tiap 24 jam
c.
Metronidazol
500 mg IV tiap 8 jam dosis tunggal
Hasil : ibu telah diberikan antibiotik.
5.
Memasang
infus jika lakukan transfusi darah
Hasil : ibu telah diberi terapi IV dengan Ringer Laktat.
6.
Mengaanjurkan
ibu untuk :
g.
Banyak
minum minimal 8 gelas / hari
h.
Makan
dengan diet gizi seimbang dan lunak
i.
Personal
hygiene
j.
Memakai
celana dalam longgar dari bahan katun
k.
Istirahat
yang cukup 7 – 8 jam/hari
l.
Lakukan
vulva hygiene
Haail : ibu paham dan mengatakan akan
mengikuti anjuran yang telah diberikan
7.
Melakukan
vulva hygiene
Hasil : telah dilakukan vulva hygiene
8.
Mempersiapkan
ibu untuk dirujuk
a.
Memberitahu
keluarga dan libatkan keluarga
b.
Menyiapkan
surat rujukan
c.
Sediakan
obat-obat yang diperlukan selama proses rujukan
a)
Infus
b)
Oksigen
c)
Analgetik
d) Kendaraan yang akan di gunakan untuk mengantarkan klien
ke tempat rujukan
e)
uang
untuk kebutuhan administrasi
f)
persediaan
darah untuk transfusi
Hasil : ibu akan segera dirujuk. Bidan
mendampingi pasien.
9.
Melibatkan
keluarga untuk turut merawat dan memberi dukungan terhadap ibu.
Hasil : ibu
merasa diperhatikan dan mendapat dukungan emosional.
10. Menjaga dan melanjutkan perawatan dan pengobatan terhadap
ibu sesuai dengan prinsip penanganan metritis dan kolaborasi dokter
Hasil : bidan
dan dokter bersama- sama memberikan terapi penanganan dan pengobatan.
No comments:
Post a Comment