Monday, 15 April 2013

BENDUNGAN ASI



BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian Bendungan Payudara
Bendungan payudara adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan .(Prawirohardjo,2005:700).
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau kelainan pada putting susu. Keluhan ibu adalah payudara bengkak, keras, panas, dan nyeri. (Mochtar, 1998).
Bendungan payudara adalah pembengkakan payudara atau breast engorgement karena pengeluaran ASI yang tidak lancar, ketika bayi tidak cukup sering menyusu atau terlalu cepat disapih. Dapat pula disebabkan adanya gangguan let-down reflex. (The FT., 2011 : 108).

2.      Etiologi
Menurut Wiknjosastro (2009), Bendungan air susu dapat terjadi pada hari kedua atau ketiga ketika payudara telah memproduksi ASI. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusu, hubungan dengan bayi(bonding) yang kurang baik, dan dapat pula terjadi karena pembatasan waktu menyusu. Gejala bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakkan disertai payudara bilateral dan secara palpasi teraba keras, kadang terasa nyeri serta sering kali disertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda-tanda kemerahan dan demam.
Faktor-faktor penyebab bendungan ASI
a.       Pengosongan mamae yang tidak sempurna.
Dalam masa laktasi,terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang produksi ASI nya berlebihan,apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu dan payudara tidak dikosongkan ,maka masih terdapat sisa ASI didalam payudara.sisa ASI tersebut yang menimbulkan bendungan ASI.
b.      Hisapan bayi yangtidak aktif.
Bila ibu tidak menyusukan bayi nya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif menghisap maka akan menimbulkan bendungan ASI.
c.       Posisi menyusui bayi yang tidak benar.
Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu.akibat nya ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.
d.      Puting susu terbenam
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu.karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola,bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.
Puting susu yang panjang menimbulkan kesilitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI.akibat nya ASI tertahan dan minimbulkan bendungan ASI.

3.      Tanda dan gejala bendungan ASI
Tanda dan gejala bendungan ASI yaitu.
a.       Mamae panas serta keras pada saat perabaan dan nyeri.
b.      Puting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit menyusu.
c.       Pengeluaran air susu kadang terhalang oleh duktus laktifer menyempit.
d.      Payudara bengkak,keras,panas.
e.       Nyeri bila ditekan.
f.       Warnanya kemerahan.
g.      Suhu tubuh sampai 38oc

4.      Patofisiologi
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi prolaktin waktu hamil, dan sangat di pengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Refleks ini timbul bila bayi menyusui. Apabila bayi tidak menyusu dengan baik, atau jika tidak dikosongkan dengan sempurna, maka terjadi bendungan air susu. Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan. ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam (Wiknjosastro,2005).


1.      Diagnosis
1.1.Cara inspeksi.
Hal ini harus dilakukan pertama dengan tangan di samping dan sesudah itu dengan tangan keatas,selagi pasien duduk kita akan melihat dilatasi pembuluh-pembuluh balik di bawah kulit akibat pembesaran tumor jinak atau ganas di bawah kulit.perlu diperhatikan apakah kulit pada suatu tempat menjadi merah.

1.2.Cara palpasi
Ibu harus tidur dan diperiksa secara sistematis bagian medial lebih dahulu dengan jari-jari yang harus kebagian lateral.palpasi ini harus meliputi seluruh payudara,dari parasternal kearah garis aksila belakang,dan dari subklavikular kearah paling distal.untuk pemeriksaan orang sakit harus duduk.tangan aksila yang akan diperiksa dipegang oleh pemeriksa dan dokter pemeriksa mengadakan palpasi aksila dengan tangan yang kontralateral dari tangan si penderita.misalnya kalau aksila kiri orang sakit yang akan diperiksa,tangan kiri dokter mengadakan palpasi (Wiknjosastro, 2005).

2.      Penanganan
Penanganan bendungan ASI menurut Wiknjosastro (2009) yaitu
a.       Pemakaian bra utuk menyangga payudara,
b.      pemberian analgetika,
c.       dianjurkan menyusui segera dan lebih sering,
d.      kompres hangat,
e.       air susu dikeluarkan dengan pompa dan dilakukan pemijatan serta perawatan payudara,
f.       kalau perlu diberi supresi laktasi untuk sementara ( 2-3 hari) agar bendungan terkurangi dan memungkinan air susu dekeluarakan dengan pijatan, keadaan ini pada umumnya akan menurun dalam beberapa hari dan bayi dapat menyusu dengan normal.
g.      Bila demam tinggi, berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
Menurut The F.T. (2011), bila ibu  tidak menyusui maka penanganan yang dilakukan yaitu.
a.       Sangga payudara
b.      Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit
c.       Bila di perlukan berikan PCT 500 mg per Oral setiap 4 jam
d.      Jagan di pijat atau memakai kompres hangat payudara
e.       Pompa dan kosongkan payudara


3.      Pencegahan Bendungan ASI
Untuk mencegah bendungan ASI maka diperlukan : menyusui dini, perlekatan yang baik, menyusui on demand. Bayi harus lebih sering disusui. Apabila terlalu tegang, atau bayi tidak dapat menyusu sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu, agar ketegangan menurun. Untuk merangsang refleks oksitosin maka dilakukan :
a.       Kompres panas untuk mengurangi rasa sakit.
b.      Ibu harus rileks.
c.       Pijat leher dan punggung belakang sejajar dengan daerah payudara.
d.      Pijat ringan pada payudara yang bengkak (pijat pelan-pelan kearah tengah).
e.       Stimulasi payudara dan putting susu.
f.       Kompres dingin pasca menyusui, untuk mengurangi odem.
g.      Pakailah BH yang sesuai.
h.      Bila terlalu sakit dapat diberikan obat analgetik.
(Ambarwati, 2008; h.48)

4.      Persipaan Memperlancar Pengeluaran ASI
Persiapan yang perlu dilakukan untuk memperlancar pengeluaran ASI, yaitu :
a.      Membersihkan putting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas tidak menumpuk.
b.      Putting susu ditarik setiap kali mandi, sehingga putting susu akan menonjol dan mempermudah isapan bayi.
c.       Bila putting susu belum menonjol, dapat menggunakan pompa susu atau dengan jalan operasi.
d.      Keberadaan putting susu dalam mulut bayi mempunyai keuntungan tersendiri, yaitu :
a)      Rangsangan putting susu lebih mantap, sehingga refleks pengeluaran ASI lebih sempurna.
b)      Menghindari kemungkinan lecet pada putting susu.
c)      Kepuasan bayi saat menghisap ASI lebih besar.
e.       Semprotan ASI lebih sempurna dan menghindari terlalu banyak udara yang masuk ke dalam lambung bayi.
(Saleha, 2009; h.21)

5.      Cara Mengeluarkan ASI dengan Tangan
Beberapa langkah mengeluarkan ASI dengan tangan adlah sebabgi berikut.
a.       Cuci tangan sampai bersih.
b.      Pegang cangkir bersih untuk menampung ASI.
c.       Condongkan payudara kedepan dan sangga payudara dengan tangan.
d.      Letakkan ibu jari pada batas areola mammae dan letakkan jari telunjuk pada batas areoa mammae bagian bawah sehingga berhadapan.
e.       Tekan kedua jari ini kedalam kearah dinding dada tanpa menggeser letak kedua jari tadi.
f.       Pijat daerah diantara kedua jari tadi ke arah depan sehingga akan memeras dam mengeluarkan ASI yang berada di dalam sinus lactiferous.
g.      Ulangi gerakan tekan, pijat dan lepas beberapa kali.
h.      Setelah pancaran ASI berkurang, pindahkan posisi ibu jari dan telunjuk tadi dengan cara diputar pada sisi lain dari batas areola dengan kedua jari selalu berhadapan.
i.        Lakukan berulang-ulang sehingga ASI akan terperah dari semua bagian payudara.
j.        Jangan memijat atau menarik putting susu, karena ini tidak akan mengeluarkan ASI dan akan menyebabkan rasa sakit.

6.      Cara Menyusui yang Benar

 


Menurut Wiknjosastro (2009 : hal 377), cara menyusui yang benar antara lain.
a.       Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir
b.      Ibu duduk dengan rileks dan kaki tidak menggantung
c.       Perah sedikit ASI dan oleskan ke puting dan areola sekitarnya. Manfaatnya adalah sebagai desinfektan dan menjaga kelembabab puting susu.
d.      Posisikan bayi dengan benar.
a)      Bayi dipegang dengan satu lengan. Kepala bayi diletakkan dekat lengkunagan siku ibu, bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu
b)      Perut bayi menempel ke tubuh ibu
c)      Mulut bayi berada di depan puting susu ibu
d)     Lengan yang di bawah merangkul tubuh ibu, jangan berada di antara tubuh ibu dan bayi. Tagan yang di atas boleh dipegang ibu atau diletakkan di atas dada ibu
e)      Telinga dan lengan yang di atas berada dalam satu garis lurus.
e.       Bibir bayi dirangsang dengan puting ibu dan akan membuka lebar, kemudian dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudarar ibu dan puting serta areola dimasukkan ke dalam mulut bayi.
f.       Cek apakah perlekatan sudah benar.
a)      Dagu menempel ke payudara ibu,
b)      Mulut terbuka lebar.
c)      Sebagian besar areola terutama yang berada di bawah, masuk ke dalam mulut bayi,
d)     Bibir bayi terlipat ke luar,
e)      Pipi bayi tidak boleh kempor (karena bayi tidak menghisap, tetapi memerah ASI),
f)       Tidak boleh terdengar bunyi decak, hanaya boleh terdengar bunyi menelan
g)      Ibu tidak kesakitan,
h)      Bayi tenang.
g.      Jika bayi sudah selesai menyusu, ibu mengeluarkan putting susu dari mulut bayi dengan cara memasukkan jari kelingking ibu di antara mulut dan payudara.
h.      Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi di pundak ibu atau menelungkupkan bayi melintang kemudian menepuk-nepuk punggung bayi. 
 


No comments:

Post a Comment